About Our Initiatives

Khazanah Pemikiran Nusantara

IFADA PUSTAKA adalah sebuah lembaga independen yang didirikan di Yogyakarta dengan fokus kegiatan pada penelitian, pelatihan, dan penerbitan khasanah pemikiran Nusantara.

Tujuannya adalah menggali, meneliti, mengembangkan, dan mempublikasikan khasanah pemikiran Nusantara sebagai basis pembangunan karakter bangsa di tengah-tengah intensitas perjumpaan berbagai peradaban dan kebudayaan global.

Sejarah menunjukkan perubahan di Nusantara selalu terkait dengan dinamika di belahan dunia lainnya. Nusantara merupakan sejarah di mana berbagai kebudayaan besar dunia mengalami proses perjumpaan intens seperti Tiongkok, India, Asia Barat, Afrika, Persia, hingga Eropa dan Amerika. Nusantara dengan demikian telah menjadi medan negosiasi dan kontestasi berbagai kebudayaan global sejak berabad-abad lampau.

Hal tersebut menunjukkan posisi penting Nusantara di tengah konstelasi geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi global. Sejarah mencatat konsolidasi Sriwijaya dan Majapahit telah menjadikan Nusantara sebagai lokus peradaban yang berpendar melampaui batas-batas geografisnya. Demak Bintoro, misalnya, disemati predikat prestisius sebagai salah satu dari world’s empires.

Seiring perkembangan zaman, Nusantara menjelma menjadi sebuah negara-bangsa modern, dengan seperangkat tatanan sosial, budaya, demografis, ekonomi, politik, hukum, dan basis pengetahuan, yang kemudian dikenal dengan nama Indonesia. Nusantara yang secara geologis muncul sejak zaman Pleistocene, yakni ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, dipandang telah mewarisi peradaban dan kebudayaan yang berusia ribuan tahun.

Perjalanan menjadi negara-bangsa telah melewati fase yang amat panjang: era prasejarah, era prakolonial, era kerajaan Hindu-Budha, era kerajaan Islam, era kolonialisme Portugis, era kolonialisme Inggris, era kolonialisme Belanda, era kolonialisme Jepang, era kemerdekaan, era Orde Lama, era Orde Baru, hingga era reformasi dan globalisasi.

Sekalipun demikian, pergulatan cita-cita republik untuk menegakkan kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan karakter yang kuat dalam kebudayaan belumlah tuntas. Dominasi dan hegemoni global masih tampak secara kasat mata: ketimpangan dunia pertama dan ketiga; disparitas desa dan kota masih menjadi panorama realitas; hegemoni pengetahuan dan budaya kian menyeruak ke semua ruang. Nusantara menunjukkan realitas yang penuh dengan berbagai keterbelakangan internal sekaligus tantangan-tantangan global.

Pada belahan dunia lain, kita menyaksikan berbagai pergeseran dalam konstelasi internasional. Fakta-budaya yang menarik dibalik dunia yang multipolar tersebut adalah negara-negara yang saat ini menjadi kekuatan dunia adalah komunitas yang memiliki basis kebudayaan panjang. Kita mengenal gugusan negara maju yang mayoritas berbasis tradisi Anglo Saxon dan berbahasa Inggris seperti AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Di sisi lain, kita juga mengenal gugusan negara-negara Eropa lainnya yang berbasis tradisi Pax Romana. Di belahan dunia lain, kita telah lama mengenal negara maju Jepang yang berbasis sintoisme dan konfusionisme.

Saat ini secara perlahan kita juga menyaksikan kebangkitan-kebangkitan kekuatan dunia yang berbasis budaya. China mewarisi basis kultural dinasti HAN. Rusia mewakili watak imperium Russia yang berjaya pada abad XIV. Kazakhtan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan memiliki latar belakang kultural imperium Timur Leng. India berdiri di atas kebesaran Chandra Gupta. Pakistan mewarisi imperium Mogul. Sementara itu Mongolia bisa dilihat sebagai kelanjutan kebesaran Jengis Khan. Iran, yang berkali-kali menegaskan penolakan dominasi penguasaan sains dan teknologi, berdiri di atas basis kultural imperium Manichaisme dan dinasti Syiah Syafawi.

Pada saat yang bersamaan kita menyaksikan kebangkitan kekuatan dunia di kutub yang lain, yakni negara-negara Amerika Latin. Pemimpin-pemimpin negara tersebut secara historis merupakan produk kelatinan, yang secara intelektual mewarisi pemikiran-pemikiran indegenous intelektual Amerika Latin. Dalam bidang ekonomi mereka mewarisi spirit antiketergantungan dari Andre Gunder Frank, Raul Presbich, hingga Hernando De Soto. Dalam bidang antropologi dan sosiologi mewarisi Octavio Pas, dan dalam bidang kebudayaan mewarisi semangat Pablo Nerudo dan Gabriel Garcia Marquez.

Spirit konfigurasi fakta-budaya di atas adalah sama: menolak dominasi dan hegemoni politik, ekonomi, pengetahuan, dan kebudayaan suatu negara atas negara lainnya, dan menunjukkan bahwa pemikiran-pemikiran dunia pertama seperti produk pemikiran ekonomi Adam Smith tidak (selalu) cocok diterapkan di belahan dunia lainnya, termasuk Nusantara.

Dalam konteks itulah dibutuhkan akumulasi pengetahuan berbasis khasanah budaya Nusantara, sebagai salah satu pilar kebangkitan bangsa. Penggalian khasanah pemikiran Nusantara dan pengembangannya menjadi agenda strategis agar perjalanan bangsa ini memiliki pijakan arah dan landasan pengetahuan yang benar.

Our Team

Convallis ullamcorper aliquet ultrices orci cum vestibulum lobortis erat.

Mark Jance

CEO / FOUNDER

Aviana Plummer

CEO / FOUNDER

Braydon Wilkerson

CEO / FOUNDER

Kristin Watson

CEO / FOUNDER
Developed by Kemis Legi Project

We work through every aspect at the planning

0
FOUNDING YEAR
0
HAPPY COSTUMERS
0
COMPANY WORK WITH US
0
OFFICES
0
TEAM MEMBERS
0
PROJECTS COMPLETED